AL HIKAM ~ PEMBIMBING JALAN HAKIKI

مَا أَرَادَتْ هِمَّةُ سَالِكٍ أَنْ تَقِفَ عِنْدَ مَا كُشِفَ لَهاَ إِلَّا وَنَادَتْهُ هَوَاتِفُ الْحَقِيْقَةِ: فَإِنَّ الَّذِىْ تَطْلُبُهُ أَمَامَكَ وَلَا تَبَرَّجَتْ ظَوَاهِرُ اْلُمكَوَّناَتِ إِلَّا وَنَادَتْكَ حَقَائِقُهَا: إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلاَ تَكْفُرْ

29. PEMBIMBING JALAN HAKIKI

مَا أَرَادَتْ هِمَّةُ سَالِكٍ أَنْ تَقِفَ عِنْدَ مَا كُشِفَ لَهاَ إِلَّا وَنَادَتْهُ هَوَاتِفُ الْحَقِيْقَةِ: فَإِنَّ الَّذِىْ تَطْلُبُهُ أَمَامَكَ وَلَا تَبَرَّجَتْ ظَوَاهِرُ اْلُمكَوَّناَتِ إِلَّا وَنَادَتْكَ حَقَائِقُهَا: إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلاَ تَكْفُرْ

Seorang salik tidak bercita cita untuk berhenti ketika terjadi kasyaf (terbuka perkara gaib) melainkan suara hakiki berseru kepadanya: "apa yang kamu cari masih jauh di hadapan (oleh karena itu jangan kamu berhenti)!" dan tidak terbuka baginya (berbagai keindahan, keajaiban dan kerapian hikmah) alam raya melainkan diperingatkan oleh hakikat alam itu: "sesungguhnya kami adalah ujian, karena itu janganlah kamu kufur!"

Adab yang keempat selalu mengarahkan perjalanannya hanya pada satu titik tujuan. Mengabaikan berbagai rayuan yang membujuknya. Menghalau berbagai godaan yang merintanginya. Terus berjalan hanya pada satu tujuan, yakni Sang pemilik semesta alam. 

Salik di dalam perjalanan rohaninya akan melalui beberapa maqam. Setidak tidaknya maqam yang akan dilaluinya itu ada tiga macam. 1. Fana' fil af'al, sirna dalam perbuatan. 2. Fana' fis sifaat, sirna di dalam sifat. 3. Fana' fidz dzaat, sirna di dalam dzat. Masing masing maqam ini menyimpan rahasia yang menakjubkan. Berbagai keindahan dan keajaibannya dapat merayu salik untuk berhenti dari perjalanannya. Bahkan dapat berakibat muncul keyakinannya bahwa maqam itu merupakan puncak pencariannya. Merupakan akhir dari perjalanannya. Dalam situasi seperti ini ada dua kemungkinan yang akan dialami oleh salik. Mungkin ia akan selamat dari berbagai rayuan dan terus berjalan menuju ke arah tujuan perjalanannya hingga dapat sampai kepada Allah. Mungkin juga ia terbujuk oleh rayuan hingga menghentikan perjalanannya. Perhentiannya di maqam ini berakibat dia tidak dapat sampai ke tempat tujuan yang sebenarnya. Dia tetap terhijab dari Sang pemilik segala keajaiban.

Ketika salik hatinya mulai dirayu oleh berbagai keajaiban maka suara hakikat dari maqam berikutnya selalu memberi peringatan kepadanya. Suara itu berkata: "Jangan berhenti, teruslah berjalan. Sebab apa yang kamu cari masih ada di depanmu."

Ketika telah dibukakan kepada salik rahasia mengesakan af'al (perbuatan), dia telah merasakan manisnya dan semangatnya berhenti di maqam ini, maka suara hakikat dari maqam fana' fis Sifat memanggilnya: "Apa yang kamu cari ada di depanmu."

Ketika salik meneruskan perjalanannya dan naik ke maqam fana' fis Sifat, kemudian dibukakan kepadanya rahasia mengesakan sifat dan hatinya mulai tertarik pada maqam ini, hingga cita citanya ingin berhenti di maqam ini, maka suara hakikat dari maqam fana' fidz dzat memanggilnya: "Apa yang kamu cari masih ada di depanmu."

Akhirnya salik terus melanjutkan perjalanan. Ketika dia naik di maqam fana’ fidz dzat dan dibukakan kepadanya rahasia mengesakan dzat hingga cita citanya ingin berhenti di maqam ini, maka suara hakikat dari maqam fana'ul fana' (sirna dalam kesirnaan) atau hakikat al-baqa' memanggilnya: "Apa yang kamu cari masih ada di depanmu."

Ketika salik sudah sampai di maqam fana'ul fana' atau di maqam baqa' maka ilmu ilmu kegaiban memanggilnya dan berkata: "Katakanlah, Wahai tuhanku tambahkanlah ilmu kepadaku". Sebab Rasulullah di dalam hadits bersabda:

لاَ أُحْصِىْ ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ

Aku tidak mampu menghitung pujian untuk-Mu sebagaimana Engkau memuji kepada dzat-Mu

Sebagian ulama mengilustrasikan perjalanan salik melalui berbagai maqam itu. Lalu beliau berkata: "Ilustrasi perjalanan salik itu seperti seorang raja yang misalnya berada jauh di arah timur. Beliau mengutus beberapa utusan dengan membawa surat darinya untuk rakyatnya. Mereka membacakan surat dari rajanya dan dengan sepenuh kesungguhan menggugah kerinduan orang yang mendengar untuk dapat bertemu sang raja. Mereka menceritakan kedermawanan sang raja dan berbagai kebaikannya. Namun rakyat yang mendengarnya ada yang enggan memperhatikan bahkan tidak sudi patuh kepada sang raja. Mereka adalah gambaran orang orang kafir. Di antaranya ada juga yang memperhatikan dan percaya pada berita yang dibawa oleh para utusan. Akan tetapi mereka belum mampu bangkit untuk berusaha datang menghadap sang raja. Mereka adalah gambaran orang orang islam yang awam yang masih lemah kecintaan dan keyakinannya. Dan di antara mereka ada yang timbul kerinduannya kepada sang raja sehingga bangkit berjalan untuk berusaha menemuinya. Kemudian para utusan itu berkata kepada mereka: Kami akan mengiringi perjalananmu dan akan menjadi penunjuk jalan. Selanjutnya mereka berjalan dengan diringi para utusan raja. Di sepanjang perjalanannya sang raja telah membangun tempat tempat istirahat. Setiap persinggahan akan lebih agung dan lebih menakjubkan dari pada persinggahan sebelumnya. Ketika sampai di persinggahan pertama mereka melihat keindahan dan kebesaran tempat itu. Kekagumannya pada tempat itu menjadikan mereka ingin tetap tinggal di tempat itu. Namun para utusan itu memperingatkan mereka dan berkata: Apa yang kalian cari masih berada di depan kalian. Akhirnya mereka tersadar dan kembali bangkit meneruskan perjalanan. Ketika mereka sampai di tempat persinggahan yang kedua, ternyata tempatnya lebih indah dan lebih mengagumkan dari pada persinggahan sebelumnya. Hingga semangatnya untuk terus berjalan menjadi terhenti. Bahkan lagi lagi mereka ingin tinggal terus dipersinggahan itu. Namun para utusan tidak bosan untuk memperingatkan mereka dan selalu berkata: "Apa yang kalian cari masih berada di depan kalian." Kejadian itu selalu terulang di setiap persinggahan. Akan tetapi para utusan selalu mengajak mereka untuk terus berjalan ke tempat berikutnya. Hingga akhirnya mereka bisa selamat melewati seluruh tempat persinggahan dan dapat sampai di hadapan sang raja. Pada saat itu para utusan berkata: "Inilah kalian sudah bersama dengan tuhan kalian". Kemudian mereka dapat beristirahat dari berbagai kesulitan dan merasakan nikmat dengan melihat dan bermujalasah dengan tuhan mereka. Yang dimaksud para utusan adalah para Nabi yang diutus oleh Allah dan para penggantinya yang telah mampu menggabungkan antara hakikat dan syari'at. Sedangkan tempat tempat persinggahan itu merupakan gambaran berbagai maqam yang dilalui salik dalam perjalanan suluknya.

Latihan penyucian hati membawa rohani si salik meningkat dari satu peringkat ke peringkat yang lebih tinggi. Kekuatan rohaninya bertambah dan pada masa yang sama juga pengaruh serta kesadaran inderawinya berkurang. Dalam keadaan seperti ini rohaninya mampu menjadi penasihat kepada dirinya sendiri. Bila terlintas dalam hatinya untuk melakukan kesalahan akan tercetuslah perasaan membantah perbuatan tersebut, seolah olah ada orang yang menasihatinya. Apabila sampai pada satu peringkat kesucian hati akan terbuanglah dari hatinya lintasan lintasan yang bersifat duniawi, setani dan nafsi.

Lintasan duniawi menyeret pada kelalaian, kesenangan dan kecintaan harta benda. Lintasan setani menyeret pada melakukan syirik dan bid'ah yang bertentangan dengan Sunah Rasulullah. Lintasan nafsi juga mendorong pada maksiat dan kemungkaran. Bila hati sudah terbentengi dari lintasan lintasan jahat maka hati akan didatangi oleh lintasan malaki (malaikat) dan Rahmani (Tuhan).

Lintasan malaki mengajak berbuat taat kepada Allah dan meninggalkan larangan-Nya. Lintasan Rahmani adalah tarikan langsung dari Tuhan. Dalam lintasan lintasan duniawi, setani, nafsi dan malaki, manusia mempunyai pilihan untuk menerima ataupun menolak cetusan atau rangsangan yang diterimanya itu. Akal dan imannya bisa memikir dan menimbang akan sebab dan akibat jika dia mengikuti suatu rangsangan itu. Tetapi, dalam lintasan Rahmani hamba tidak ada pilihan, tidak ada hukum sebab musabab yang bisa mencegahnya dan tidak ada hukum logis yang bisa menguraikannya. Misalnya, seorang yang tidak pernah turun ke laut, tiba tiba pada satu hari tanpa bisa ditahan tahan dia pergi ke laut dan mandi, lalu mati lemas. Soalnya, tidak dapat diterangkan mengapa dengan tiba tiba dia mau mandi di laut dan dia tidak dapat melawan keinginan yang timbul dalam hatinya itu. Kuasa yang menariknya ke laut dan mandi lalu mati di situ dinamakan lintasan Rahmani atau tarikan ketuhanan. Dalam perjalanan kerohanian mungkin seorang salik itu menerima lintasan Rahmani yang menyeretnya melakukan sesuatu yang kelihatan aneh, tidak masuk akal dan dia sendiri tidak dapat memberi penjelasan tentang tindak tanduknya walaupun dia masih dapat melihat perbuatan yang dilakukan oleh dirinya sendiri itu.

Semasa pengembaraannya ke dalam alam kerohanian si salik mungkin memperoleh kasyaf yaitu terbuka kegaiban kepadanya. Dia dapat melihat apa yang tersembunyi. Dia mungkin dapat melihat pada peristiwa yang akan terjadi, dan yang telah terjadi. Mungkin juga dia dikaruniai kekeramatan seperti ‘mulut tajam’, berjalan di atas air, menyembuhkan penyakit dan lain lain. Dia juga mungkin dapat melihat dengan mata hatinya keadaan Alam Barzakh, surga dan neraka. Penemuan perkara perkara yang ganjil, ajaib dan indah indah bisa mempesonakan si salik dan bisa menyebabkan dia menjadi keliru dengan merasakan dia sudah sampai ke puncak, lalu dia berhenti di situ. Lebih membahayakan lagi jika si salik tidak mendapat bimbingan guru atau guru yang membimbingnya tidak memahami tentang seluk beluk alam kerohanian. Si guru tidak dapat menjelaskan pengalaman aneh yang dialami oleh murid lalu si murid tidak ada pilihan kecuali membuat tafsirannya sendiri. Oleh sebab pengalaman tersebut adalah berkenaan perkara gaib maka murid tadi mudah menyangka segala yang gaib itu adalah aspek ketuhanan.

Di sini timbullah berbagai anggapan tentang Tuhan, karena dia menyangka telah melihat dzat Tuhan. Timbullah sangkaan Tuhan adalah nur dengan warna tertentu. Ada pula yang beranggapan Tuhan itu rupanya tegak seperti huruf alif. Ada pula yang mengatakan Tuhan adalah cahaya yang sangat halus. Bermacam macam lagi anggapan tentang Tuhan muncul akibat kejahilan mengenai alam gaib. Prasangka yang meletakkan Dzat Allah di dalam ruang dan berbentuk adalah kekufuran. Bahaya penyelewengan akidah bagi orang yang belajar ilmu hakikat kepada yang bukan mursyid sangat besar. Orang yang belajar ilmu hakikat cara demikian membahas dzat Ilahiat dengan menggunakan akalnya sedangkan akal tidak ada pengetahuan tentang dzat.

Murid atau salik yang mendapat bimbingan dari guru yang mursyid dan mendapat rahmat, taufiq dan hidayah dari Allah akan dapat melalui fitnah yang tersebut di atas dengan selamat. Salik yang masuk ke dalam tarikan ketuhanan akan berjalan terus walau apa pun yang ditemuinya di tengah jalan, sekalipun dia ditawari surga. Tarikan ketuhanan yang memimpin salik itu dinamakan Petunjuk Ilmu, Perintah Batin, Petunjuk Laduni atau Suara Hakiki atau Pembimbing Hakiki. Ia adalah tarikan langsung dari Allah agar hamba yang Allah mau temui itu selamat sampai kepada-Nya. Salik menafikan semua yang ditemuinya. Selagi masih bisa disaksikan ia adalah sifat bukan dzat. Sepanjang perjalanannya salik melihat bekas gubahan Tuhan, pengungkapan hikmah kebijaksanaan-Nya dan tanda tanda yang memberi pemahaman tentang Dia. Dzat Ilahiat tetap tinggal tertutup rapat oleh nur di balik nur dan tidak dapat ditembus oleh siapa pun dan penglihatan yang bagaimana pun. Jika nur yang disaksikan, maka nur adalah salah satu daripada tanda tanda-Nya dan juga salah satu daripada Nama nama-Nya. Setelah habis yang dinafikan salik sampai ke puncak kedunguannya yaitu pengakuan tentang kelemahannya mengenai dzat Ilahiat. Inilah puncak pencapaian dan orang yang sampai pada hakikat ini dinamakan orang yang berma'rifat atau orang yang mengenal Allah. Dia mencapai hakikat maksud:

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَىْءٌ

Tidak ada sesuatu apa pun menyerupai-Nya.

Tidak ada yang menyerupai-Nya dan menyamai-Nya, mana mungkin ada gambaran tentang-Nya yang bisa ditangkap oleh penglihatan? Kebodohan dan kedunguan adalah hijab yang asli dan tidak mungkin tersingkap dzat Ilahiat kecuali pada hari akhirat apabila seseorang hamba diizinkan memandang dengan pandangan mata. Sebelum itu tidak mungkin melihat Allah dengan terang terangan. Apa yang diistilahkan sebagai melihat Allah ialah menyaksikan Allah pada sesuatu yang didalamnya terdapat bekas penciptaan-Nya, tanda tanda-Nya, hikmah-Nya dan tadbir-Nya. Ia merupakan penglihatan akal serta mata hati atau melihat Nur-Nya yaitu melihat Rahasia Allah yang tersembunyi pada sekalian kejadian-Nya. Dzat Ilahiat tetap tinggal tertutup oleh kegaiban yang mutlak (Gaibul Ghuyub).

Orang sufi selalu mengatakan mereka melihat Allah. Apa yang mereka maksudkan ialah penglihatan ilmu dan penglihatan hati nurani, penglihatan yang mengandung rasa kecintaan yang sangat mendalam terhadap Allah, dan kerinduan yang membara di dalam hati mereka. Itulah penglihatan mereka yang "gila" akan Allah. Jangan ditafsirkan ucapan mereka secara lafadz tetapi selami hati mereka untuk memahami keasyikan dan kemabukan yang mereka alami.

Komentar

Postingan Populer

Download Kitab Minahus Saniyah Pdf المنح السنية

Download Kitab Metode Arbain Nahwu Shorof K Muharror Demak- Cara cepat baca kitab kuning Pdf

Download Kitab Al-Jawahirul Lu'luiyah Pdf كتاب الجواهر اللؤلؤية فى شرح الاربعين النواوية

Download Kitab al-Ibanah wal Ifadoh fi Ahkamil haid Pdf كتاب الابانة والافاضة

Download Kitab Syajaratul Maarif Wal Ahwal كتاب شجرة المعارف والاحوال